MEMPERTAHANKAN
PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA
Oleh :
Nurul
Fajriyah Ariyanti
Siti
Muflikhah
Ika Septia
Novita Sari
Siti
Chumairoh
MA RIYADL
SEDAN
2014/2015
PERJUANGAN
MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
1. 1.
Faktor penyebab terjadinya konflik Indonesia-Belanda
1. Kedatangan tentara sekutu diboncengi
oleh NICA
Semenjak
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 maka
secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia
berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa) dan
waktu itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk
memproklamasikan kemerdekaannya. Pada tanggal 10 September 1945 Panglima Bala
Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan diserahkan
pada Sekutu bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14 September perwirwa
Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan keadaan di Indonesia
menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada
tanggal 29 September 1945 akhirnya Sekutu mendarat di Indonesia yang bertugas
melucuti tentara Jepang. Semula rakyat Indonesia menyambut dengan senang hati
kedatangan Sekutu, karena mereka mengumandangkan perdamaian. Akan tetapi,
setelah diketahui bahwa Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di bawah
pimpinan Van der Plass dan Van Mook ikut di dalamnya, sikap rakyat Indonesia
menjadi curiga dan bermusuhan. NICA adalah organisasi yang didirkan orang-orang
Belanda yang melarikan diri ke Australia setelah Belanda menyerah pada Jepang.
Organisasi ini semula didirikan dan berpusat di Australia. Keadaan bertambah
buruk karena NICA mempersenjatai kembali KNIL setelah dilepas oleh Sekutu dari
tawanan Jepang. Adanya keinginan Belanda berkuasa di Indonesia menimbulkan
pertentangan, bahkan diman-mana terjadi pertempuran melawan NICA dan Sekutu.
Tugas
yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip Christinson. Mereka
memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Adapun tugas
AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut.
- Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
- Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
- Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
- Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada pemerintahan sipil.
- Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan pengadilan.
- Kedatangan Belanda (NICA) berusaha menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia.
Kedatangan
pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh pihak Indonesia.
Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland Indies Civil
Administration) sikap masyarakat berubah menjadi curiga karena NICA adalah
pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih
pemerintahan sipil di Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan
selamat datang. Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA
mempersenjatai kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang.
Melihat
kondisi yang kurang menguntungkan, Panglima AFNEI menyatakan pengakuan sedara
de facto atas Republik Indonesia pada tanggal 1 Oktober 1945. Sejak saat itu,
pasukan AFNEI diterima dengan tangan terbuka oleh pejabat-pejabat RI di
daerah-daerah untuk membantu memperlancar tugas-tugas AFNEI.
Namun
dalam kenyataannya di daerah-daerah yang didatangi Sekutu selalu terjadi
insiden dan pertempuran dengan pihak RI. Hal itu disebabkan pasukan Sekutu
tidak bersungguh-sungguh menghormati kedaulatan RI. Sebaliknya pihak Sekutu
yang merasa kewalahan, menuduh pemerintah RI tidak mampu menegakkan keamanan
dan ketertiban sehingga terorisme merajalela. Pihak Belanda yang bertujuan
menegakkan kembali kekuasaannya di Indonesia berupaya memanfaatkan situasi ini
dengan memberi dukungan kepada pihak Sekutu. Panglima Angkatan Perang Belanda,
Laksamana Helfrich, memerintahkan pasukannya untuk membantu pasukan Sekutu.
Kedatangan
tentara Sekutu yang diboncengi NICA menyebabkan terjadinya konflik dan
pertempuran di berbagai daerah. Keinginan Belanda untuk kembali menjajah
Indonesia berhadapan dengan rakyat Indonesia yang mempertahankan
kemerdekaannya. Oleh karena itu, terjadi pertempuran di berbagai daerah di
Indonesia. Konflik antara Indonesia-Belanda ini akhirnya melibatkan peran dunia
internasional untuk menyelesaikannya.
Peran
dunia internasional dalam penyelesaian konfik Indonesia-Belanda
- A. Peranan PBB
Peranan
PBB dalam ikut menyelesaikan pertikaian Indonesia dengan Belanda
diwujudkan dengan dibentuknya Badan Perdamaian yang bertugas menengahi
perselisihan dan menjadi mediator dalam perundingan perdamaian Indonesia
Belanda. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia setelah proklamasi
tercatat ebeberapa badan Perdamaian yang dibentuk PBB
untuk Indonesia adalah :
- Komisi Jasa Baik (Komisi Tiga Negara)
Lembaga ini dibentuk pada tanggal 25
Agustus 1947 sebagai reaksi PBB terhadap Agresi Militer Belanda I. Lembaga ini
beranggotakan 3 negara :
- Australia (dipilih oleh Indonesia) : Richard Kirby
- Belgia (dipilih oleh Belanda) : Paul Van Zealand
- Amerika Serikat (pihak netral) : dr. Frank Graham
Badan ini berperan dalam :
- mengawasi secara langsung penghentian temabak menenmbak sesuai resolusi Dewan Keamanan PBB
- memasang patok-patok wilayah status quo yg dibantu oleh TNI
- mempertemukan kembali Indonesia Belanda dalam Perundingan Renville.
- UNCI (United Nations Commisions for Indonesia)
Badan
perdamaian ini dibentuk pada tanggfal 28 Januari 1949 untuk menggantikan Komisi
Tiga Negara yang dianggap gagal mendamaikan Indonesia – Belanda (Belanda
kembali melakukan Agresi Militer setelah P. Renville)
Peranan UNCI adalah :
- mengadakan Perundingan Roem Royen (7 Mei 1949)
- mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda
B. Peranan Negara Negara Lain
- Konferensi Asia di New Delhi (20 – 25 Januari 1949)
Konferensi
ini terselenggara atas prakarsa PM India Jawaharlal Nehru dan PM Burma
(sekarang Myanmar) U Aung San, sebagai bentuk dukungan
kepada Indonesia setelah terjadinya Agresi Militer Belanda II di
Yogyakarta. Konferensi berhasil mendesak PBB untuk mengambil langkah tegas atas
tindakan Belanda yang melanggar kedaulatan Republik Indonesia
- Pengakuan Kedaulatan RI
Walaupun
bukan sayarat utama berdirinya sebuah Negara, pengakuan negara lain sangat
penting bagi eksistensi sebuah Negara dalam pergaulan internasional. Pengakuan
atas kemerdekaan Indonesia pertama kali dari Mesir (14 Juli 1947)
disusul kemudian oleh Negara-negara Timur Tengah yang lain. Pengakuan ini atas
kerja keras Menteri Luar negeri H. Agus Salim yang mengadakan kunjungan ke
Negara Negara Timur Tengah.
Amerika Serikat dan Inggris walaupun
secara de facto juga mengakui kedaulatan RI pada tahun 1947.
Australia merupakan salah satu
pendukung utama RI pada masa-masa mempertahankana
kemerdekaan. Australia juga berpartisipasia dalam Konferensi New
Delhi.
- 2. Pengaruh adanya konflik Indonesia-Belanda
- Pengaruh wilayah facto RI
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah
Inggris mengirimkan Lord Killearn ke Indonesia untuk
menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7
Oktober 1946 bertempat di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta dibuka
perundingan Indonesia-Belanda dengan dipimpin oleh Lord Killearn. Perundingan
ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata (14 Oktober) dan meratakan jalan ke arah
perundingan di Linggarjati yang dimulai tanggal 11 November 1946. Dalam perundingan ini
Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh tim yang
disebut Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim Schermerhorn dengan anggota H.J. van Mook, dan Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai
mediator dalam perundingan ini.
Hasil perundingan terdiri dari 17
pasal yang antara lain berisi:
- Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa, Sumatera dan Madura.
- Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari 1949.
- Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
- Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung dalam Commonwealth /Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota negeri Belanda sebagai kepala uni.
Dalam
perundingan ini Indonesia dirugikan karena wilayah Indonesia hanya meliputi
Jawa, Sumatra dan Madura. Pelaksanaan hasil perundingan ini juga tidak berjalan
mulus. Pada tanggal 20
Juli 1947, Gubernur Jendral H.J. van Mook akhirnya
menyatakan bahwa Belanda tidak terikat lagi dengan perjanjian ini, dan pada
tanggal 21
Juli 1947, meletuslah Agresi Militer Belanda I. Hal ini merupakan akibat dari perbedaan penafsiran antara
Indonesia dan Belanda.
- Berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)
Pada
tanggal 19 Desember 1948 agresi militer kedua dilancarkan Belanda dengan
sasaran langsung ditujukan ke ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta.
Presiden, Wakil Presiden dan beberapa pejabat tinggi lainnya ditahan oleh
Belanda. Sebelum terjadinya aksi penangkapan, pemerintah RI melakukan sidang
darurat yang salah satu keputusannya memberi mandat kepada menteri kemakmuran, Mr.
Syafruddin Prawiranegara untuk
membentuk pemerintahan darurat Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera.
Mandat
tersebut ditandatangani oleh Presiden dan Wakil Presiden RI. Untuk menjaga
kemungkinan gagalnya pembentukan Pemerintahan darurat Republik Indonesia di
Sumatera, Menteri Luar negeri Republik Indonesia H. Agus Salim mengirimkan
mandat kepada Mr. A. A. maramis, L.N. Palar, dan Dr. Sidarsono yang sedang
berada di India untik membentuk pemerintahan pengasingan (exile government) di
new Delhi, India.
Mr. Syafruddin
Prawiranegara tidak
segera mengumumkan terbentuknya pemerintahan Darurat republik Indonesia di
Sumatera, sebab ia ingin memastikan bahwa para pemimpin Republik Indonesia di
Yogyakarta benar-benar telah ditahan. Setelah mendapat konfirmasi dari Mohammad
Rasyid (residen Sumatera Barat) tentang penangkapan tersebut, barulah Mr. Syafruddin
Prawiranegara mengumumkan
berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia pada tanggal 22 Desember
1948 yang berkedudukan di Bukittinggi.
Keberadaan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia kemudian diumumkan lewat radio ke
seluruh dunia. Ia mengatakan bahwa pemerintahan Republik Indonesia tetap ada
dan propaganda Belanda yang menyatakan bahwa pemerintahan Republik Indonesia
telah musnah tidak benar.
Keberadaan
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia ternyata diakui didalam dan luar
negeri. Kalangan pejabat tinggi TNI, sperti soedirman, A.H. nasution dan T.B.
Simatupang segera mengitrim telegram ke Sumatera, menyatakan bahwa mulai saat
itu tentara Republik tunduk kepada Pemerintahan Darurat Republik Indonesia.
Sementara itu kontak-kontak Pemerintahan Darurat Republik Indonesia via India
kedunia Internasional telah menyebabkan semua negara (kecuali Belgia) mengecam
tindakan Belanda di Indonesia. Pihak Belanda benar-benar dibuat sebagai
“tersangka” yang kehilangan muka di panggung pengadilan dunia. Kemenangan
militer Belanda dalam agresi militer pertama semakin tidak berarti dan sia-sia,
sebab akhirnya Belanda harus menarik pasukan kedaerah-daerah yang didudukinya.
Dengan demikian Pemerintahan Darurat Republik Indonesia berhasil mempertahankan
keberadaan Republik Indonesia dalam situasi yang amat kritis.
- Pembentukan negara-negara boneka Belanda
Berbagai
macam cara dilakukan Belanda untuk menguasai Indonesia kembali diantaranya
pembentukan Negara-negara boneka. Pihak Belanda membentuk pemerintahan Federal
dengan Van Mook sebagai kepala pemerintahannya. Dalam Konferensi Federal di
Bandung pada tanggal 27 Mei 1948 lahirlah Badan Permusyawaratan Federal
(BFO: Bijeenkomst voor Federal Overleg) didalam BFO terhimpun
Negara-negara boneka ciptaan Belanda
- Negara Indonesia Timur, terbentuk pada Desember 1946 dengan wali negara Cokorda Gde Raka Sukarwati.
- Negara Sumatra Timur, terbentuk pada 24 Maret 1948 dengan wali negara Dr. Mansyur.
- Negara Sumatra Selatan, terbentuk pada 30 Agustus 1948 dengan wali negara Abdul Malik.
- Negara Jawa Timur, terbentuk pada 26 November 1948 dengan kepala negara RT. Kusumonegoro.
- Negara Pasundan, terbentuk pada 26 Februari 1948 dengan wali negara RAA. Wiranatakusumah.
- Munculnya semangat nasionalisme anti penjajahan
Munculnya semangat nasionalisme
tersebut dipengaruhi oleh:
- Faktor dalam (internal):
- Kenangan kejayaan masa lampau
- Perasaan senasib dan sepenanggungan akibat penderitaan dan kesengsaraan masa penjajahan
- Munculnya golongan cendekiawan
- Paham nasionalis dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan
- Faktor luar (eksternal):
- Kemenangan Jepang atas Rusia
- Perkembangan nasionalisme di berbagai negara
Karena
adanya faktor pendukung diatas maka di Indonesiapun mulai muncul semangat
nasionalisme. Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai ideologi/paham bagi
organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional di Indonesia
diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan
kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya
adalah mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan
pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan
Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa suatu
bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita.
Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok
bangsa tersebut.
- Timbulnya perlawanan bangsa Indonesia
- Pertempuran Surabaya
Tanggal 25 Oktober 1945, tentara
Sekutu mendarat di Tanjung Perak, Surabaya. Tentara Sekutu di bawah pimpinan
Brigadir Jendral Mallaby. Kedatangan tentara tersebut diikuti oleh NICA.
Mula-mula tentara NICA melancarkan hasutan sehingga menimbulkan kekacauan di
Surabaya. Hal tersebut menimbulkan bentrokan antara rakyat Surabaya dengan
tentara Sekutu. Tanggal 28 Oktober hingga 31 Oktober 1945 terjadi pertempuran
yang hebat. Ketika terdesak, tentara Sekutu mengusulkan perdamaian. Tentara
Sekutu mendatangkan pemimpin-pemimpin Indonesia untuk mengadakan gencatan
senjata di Surabaya. Tentara Sekutu tidak menghormati gencatan senjata. Dalam
insiden antara rakyat Surabaya dan tentara Sekutu, Brigjen Mallaby terbunuh.
Letnan Jendral Christison Panglima Sekutu di Indonesia, meminta kepada
pemerintah Indonesia menyerahkan orang-orang yang dicurigai membunuh Jendral
Mallaby. Permintaan tersebut diikuti ultimatum dari Mayor Jendral Mansergh. Isi
ultimatum tersebut: Sekutu memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan
senjatanya. Penyerahan paling lambat tanggal 9 November 1945 pukul 18.00 WIB.
Apabila ultimatum tersebut tidak dilaksanakan, Kota Surabaya akan diserang dari
darat, laut, dan udara. Gubernur Suryo, diberi wewenang oleh pemerintah pusat
untuk menentukan kebijaksanaannya. Beliau bermusyawarah dengan pimpinan TKR (Tentara
Keamanan Rakyat) dan para pemimpin perjuangan rakyat di Surabaya. Hasil
musyawarah tersebut adalah rakyat Surabaya menolak ultimatum dan siap melawan
ancaman Sekutu. Tanggal 10 November 1945 pukul 06.00, tentara Sekutu menggempur
Surabaya dari darat, laut maupun udara. Di bawah pimpinan Gubernur Suryo dan
Sutomo (Bung Tomo) rakyat Surabaya tidak mau menyerahkan sejengkal tanah pun
kepada tentara Sekutu. Dengan pekik Allahu Akbar, Bung Tomo membakar semangat
rakyat. Dalam pertempuran yang berlangsung sampai awal Desember itu gugur
beribu-ribu pejuang Indonesia. Pemerintah menetapkan tanggal 10 November
sebagai Hari Pahlawan. Hari Pahlawan untuk memperingati jasa para pahlawan.
Perlawanan rakyat Surabaya mencerminkan tekad perjuangan seluruh rakyat Indonesia.
- Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran ini terjadi pada tanggal
15 Oktober 1945. Kurang lebih 2000 pasukan Jepang berhadapan dengan TKR dan
para pemuda. Peristiwa ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak. Dr.
Karyadi menjadi salah satu korban sehingga namanya diabadikan menjadi nama
salah satu Rumah sakit di kota Semarang sampai sekarang. Untuk memperingati
peristiwa tersebut maka pemerintah membangun sebuah tugu yang diberi nama Tugu
Muda.
- Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini diawali dengan
kedatangan tentara Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel di Semarang pada
tanggal 20 Oktober 1945 untuk membebaskan tentara Sekutu. Setelah itu menuju
Magelang, karena Sekutu diboncengi oleh NICA dan membebaskan para tawanan
Belanda secara sepihak maka terjadilah perlawanan dari TKR dan para pemuda.
Pasukan Inggris akhirnya terdesak mundur ke Ambarawa. Dalam peristiwa tersebut
Letkol Isdiman gugur sebagai kusuma bangsa. Kemudian Kolonel Sudirman terjun
langsung dalam pertempuran tersebut dan pada tanggal 15 Desember 1945 tentara
Indonesia berhasil memukul mundur Sekutu sampai Semarang. Karena jasanya maka
pada tanggal 18 Desember 1945 Kolonel Sudirman diangkat menjadi Panglima Besar
TKR dan berpangkat Jendral. Sampai sekarang setiap tanggal 15 Desember
diperingati sebagai hari Infantri.
- Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan
Sekutu yang diboncengi Belanda dan NICA di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly
mendarat di Medan. Pada tanggal 13 Oktober 1945 para pemuda yang tergabung dalam
TKR terlibat bentrok dengan pasukan Belanda, sehingga hal ini menjalar ke
seluruh kota Medan. Hal ini menjadi awal perjuangan bersenjata yang dikenal
dengan Pertempuran Medan Area.
- Bandung Lautan Api
Kota Bandung dimasuki pasukan
Inggris pada bulan Oktober 1945. Sekutu meminta hasil lucutan tentara Jepang
oleh TKR diserahkan kepada Sekutu. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu
mengultimatum agar kota Bandung dikosongkan. Hal ini tidak diindahkan oleh TRI
dan rakyat. Perintah ultimatum tersebut diulang tanggal 23 Maret 1946.
Pemerintah RI di Jakarta memerintahkan supaya TRI mengosongkan Bandung, tetapi
pimpinan TRI di Yogyakarta mengintruksikan supaya Bandung tidak dikosongkan.
Akhirnya dengan berat hati TRI mengosongkan kota Bandung. Sebelum keluar Bandung
pada tanggal 23 Maret 1946 para pejuang RI menyerang markas Sekutu dan
membumihanguskan Bandung bagian selatan. Untuk mengenang peristiwa tersebut
Ismail Marzuki mengabadikannya dalam sebuah lagu yaitu Hallo-hallo bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar